BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Visi Indonesia sehat yang telah dirumuskan oleh Depkes (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia yang dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh Republik Indonesia. (Ambarwati, 2009)
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami (Djauzi, 2009).
Menurut BKKBN tahun 1996 Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dam kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan. (Marmi, 2013)
Remaja atau “adolenscence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” dapat diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan, yang memiliki arti yang sangat luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Adapun Word Health Organization (WHO) memberikan definisi secara konseptual. (Lumongga, 2013)
Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal terjadi pada wanita subur, namun jika disertai dengan berbagai keluhan berat dan periodik setiap menjelang menstruasi maka kondisi patologislah yang mungkin terjadi. Keluhan yang timbul dapat berupa depresi, perasaan putus asa, rasa cemas, tegang, perubahan mood secara tiba-tiba, mudah marah, sensitif, menurun ketertarikan pada aktifitas sehari-hari yang biasa dilakukan dan keluhan lainnya. (Saryono,2009)
Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin. Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometritis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). (Manuaba, 2009)
Menurut Hillard tahun 2006, Nyeri menstruasi terjadi karena pelepasan prostaglandin (PG) F2-α, yang merupakan suatu siklooksigensi (COX) yang dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokontriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemi dan juga terdapat PGE-2 yang turut serta menyebabkan nyeri pada saat menstruasi. Dimana peningkatan level PGF-2 alfa dan PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada saat menstruasi (Maryanti, 2009).
Gangguan menstruasi timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama atau kedua menstruasi. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau setelah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan sebagai mirip-kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya (Maryanti, 2009).
Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya di dapatkan 1,07 %-1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di SMK PGRI 02 Kota Jambi mengenai dismenore Primer terhadap 10 siswi. Di dapatkan hasil bahwa 5 orang yang tidak mengetahui tentang dismenore primer dan hanya 5 orang yang mengetahui, dua diantaranya mengatasi gangguan tersebut dengan minum obat dan tiga lainnya hanya memilih untuk istirahat/tidur untuk menurunkan intensitas dismenore primer. Keluhan yang mereka rasakan adalah nyeri pada perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare.
Berdasarkan uraian diatas, didapat bahwa dismenore merupakan salah satu problema dalam kehidupan remaja putri, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer di SMK PGRI 2 kota Jambi”.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan permasalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer di SMK PGRI 2 Kota Jambi.
C.
Tujuan
penelitian
a. Tujuan umumUntuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.b. Tujuan khusus
- Mengetahui pengetahuan remaja dalam menurunkan intensitas dismenore primer
- Mengetahui sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.
- Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pada remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.
- Untuk mengetahui hubungan sikap pada remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Pendidikan Kota JambiDiharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengambil kebijakan dalam perencanaan kesehatan reproduksi bagi remaja di institusi pendidikan.2. Dinas Kesehatan Kota JambiDiharapkan dapat digunakan untuk bahan masukan dalam membuat kebijakan perencanaan tentang program kesehatan reproduksi selanjutnya.3. Bagi SMK PGRI 02 Kota JambiHasil penelitian dapat dijadikan informasi bagi remaja putri dalam mengatasi dismenore primer.4. Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan bacaan dan literature bagi pengembangan ilmu penentuan khususnya penelitian dibidang kesehatan dan diharapkan menjadi informasi bagi semua pihak yang membutuhkan guna menunjang keterampilan dan pengetahuan.5. Bagi Peneliti LainHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berarti
E. Ruang Lingkup
Penelitian
ini bersifat analitik dengan desain crossectional yang mana untuk mengetahui
hubungan
pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer
tahun 2014 karena masih kurangnya pengetahuan dan sikap remaja putri dalam
menurunkan intensitas dismenore primer. Adapun pengumpulan data dilakukan
terhadap siswi SMK PGRI 02 Kota Jambi tahun 2014 yang dilaksanakan pada bulan Juni
dengan rancangan survei yang dilakukan menggunakan kuesioner yang mana
populasinya siswi kelas X dan XI yang mengalami Dismenore dengan jumlah 287
siswi. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, yaitu secara acak dengan jumlah sample
sebanyak 72 siswi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja
pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan
dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Menurut WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam
terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (younth)
untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. (Marmi, 2013)
Remaja
merupakan periode transisi antara masa anak-anak kemasa dewasa. Didalam ilmu
kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan fisiologi),
remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin
manusia mencapai kematangan. Hal ini berarti, secara anatomis, alat-alat
kelamin maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh bentuknya yang sempurna.
Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih selama dua tahun. Biasanya dihitung
mulai haid yang pertama pada wanita dan mimpi basah yang pertama pada pria.
(Dahro, 2012)
Secara
etiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja menurut
organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun,
sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24
tahun. Sementara itu menurut The Health Resources
dan Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia
remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal
(11-14 tahu), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun).
Definisi ini kemudian disatukan dalam termiologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. (Kusmiran, 2011)
1.
Perkembangan
Remaja
Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap. Menurut
Depkes Poltekes Jakarta, perubahan yang terjadi pada remaja tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Perubahan
fisik
1) Percepatan
berat badan dan tinggi badan
Selama
satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata 3,5-4,1 inci (Steinberg, 2007).
Berat badan pada lelaki meningkat karena perubahan otot dan pada perempuan kerena
penambahan lemak.
2) Karakteristik
seks sekunder
Perubahan
seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada lelaki hormon androgen dan hormon estrogen.
Karakteristik sekunder pada wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak, serta menarche. Sedangkan pada pria terjadi
pertumbuhan penis skrotum, perubahan suara, kumis, jenggot dan meningkatnya kelenjar
lemak yang menimbulkan jerawat.
3) Perubahan
bentuk tubuh
Pada
lelaki terjadi perubahan bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun
yang lebih menonjol. Sedangkan pada perempuan seperti pinggul dan payudara yang
membesar, serta keadaan yang lebih menonjol.
4) Perkembangan
otak
Pada
masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya berkembang sempurna,
sehingga pada masa ini kamampuan pengendalian emosi dan mental masih belum
stabil.
b.
Perkembangan
kognitif
Tahap operasional formal
(remaja dan dewasa)
Remaja
awal
Remaja
mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di
sekolah. Ramaja mulai menunjukan cara berfikir logis, seperti bartanya kewenangan
di sekolah, menggunakan istilah dan pandangan sendiri, memilih olahraga yang
baik, memilih kelompok bergaul, berpenampilan dan lain-lain.
Remaja
tengah
Pada
tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu
tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan pengalaman dan
pemikiran. Dan mulai berfikir mengembangkan identitas diri.
Remaja akhir
Pada
tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan
meningkatkan pergaulan. Proses berpikir secara komplek digunakan untuk
memfokuskan dari masalah idealisme, toleransi, keputusan, untuk kerier dan
pekerjaan serta peran orang dewasa dalam masyarakat.
c.
Perkembangan
psikologis
Masa
remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan perubahan dalam
cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan kognitif
juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain, cenderung
bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami
kepribadian mereka sendiri dan berperilaku menurut mereka.
Transisi
sosial yang dialami oleh ramaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan
sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah
meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih
intens dan akrab dengan lawan jenis.
2. Menstruasi
1.
Pengertian
menstruasi
Petunjuk
pertama bahwa mekanisme reproduksi wanita matang ditandai dengan datangnya haid
(menstruasi), yang ditunjukan dengan datangnya serangkaian pengeluaran darah,
lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan
terjadi kira-kira 28 hari tiap bulannya hingga mencapai usia menopause. Masa
menstruasi tidak akan terjadi pada saat hamil. Pada saat menstruasi, darah
keluar akibat peluruhan dinding rahim (endometrium).
Darah menstruasi akan mengalir dari rahim menuju keleher rahim yang kemudian
keluar melalui vagina. (Bethsaida Janiwarty dan Herri Zan Pieter : 2013)
Menstruasi
ialah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis dan ovarium dengan perlahan-lahan terkait jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini
karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklus
maupun lama siklus menstruasi.
Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari pertama siklus. Siklus normal haid antara 21-35 hari (Maryanti, 2009).
Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari pertama siklus. Siklus normal haid antara 21-35 hari (Maryanti, 2009).
2.
Fase-fase
menstruasi
Setiap
saat menstruasi terdapat empat fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase
ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis
anterior, ovarium dan uterus. Fase-fase menstruasi ialah:
a.
Fase
Deskuamasi
Pada
fase ini, endometrium lepas dari dinding uterus yang disertai perdarahan dan
berlangsung selama 3-4 hari.
b.
Fase
apscamenstruasi (Fase Regenerasi)
Pada
fase ini sudah berlangsung penyembuhan luka akibat endometrium. Kondisi ini
mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.
c.
Fase
Instermentum (Fase Proliferasi)
Setelah
luka sembuh, terjadi panebalan pada dinding endometrium ± 3,5 mm dan fase ini
berlangsung hari 5-14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1) Fase poliferasi dini,
terjadi pada 4-7 hari yang dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan
regenerasi epitel.
2) Fase poliferasi madya,
terjadi 8-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel
permukaan yang berbentuk torak tinggi.
3) Fase poliferasi akhir,
berlangsung antara hari 11-14. Fase ini dapat dikenali dari permikaan yang
tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d.
Fase
Premenstruasi (Fase Sekresi)
Fase
ini berlangsung dari hari 14-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap
tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium
mengandung glikogen dan kapur yang
diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam
2 tahap, yaitu:
1) Fase
sekresi dini, pada fae ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena
kehilangan cairan.
2) Fase
sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam nedometrium berkembang dan menjadi
lebih berkelok-kelok. Sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen
dan lemak.
3.
Ciri-ciri
perubahan fisik masa menstruasi
Gejala-gejala
fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi ialah:
a) Adanya
perubahan berat badan
b) Pembengkakan
pada perut, jari, tungkai atau pergelangan kaki
c) Ketidak
nyamanan di payudara sebagai akibat pembesaran. Bila ditekan, akan terasa nyeri
dan kaku
d) Sakit
kepala, bahkan sebagian wanita mengalami migren
e) Rasa
nyeri dan pegal-pegal pada otot
f) Dismenore
kongensif, yaitu sakit pada perut atau pinggang bagian bawah
g) Perubahan
nafsu makan dan berkurangnya air kencing
h) Perubahan
kulit, seperti bisul atau jerawat
i) Perubahan
tidur (kurang tidur atau tidur yang berlebihan)
j) Merasa
mual dan asma, namun hanya sebagian perempuan
k) Kejang
akibat dinding-dinding otot uterus.
3. Dismenore
1.
Pengertian
dismenore
Dismenore adalah rasa nyeri yang dirasakan di perut, yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. (El-manan, 2011)Sakit menstruasi sering disebut dokter dengan dismenore. Ini menggambarkan rasa sakit yang alami di awal masa menstruasi. Pada dua hari pertama mungkin rasa sakitnya paling parah dan tidak selalu terasa setiap kali menstruasi. Sebagian perempuan ada yang mengalami rasa sakit yang hebat, sedangkan bagian lainnya cuma merasakan sakit yang tidak begitu kentara. Rasa sakit karena dismenore disebabkan kontraksi intens dari otot-otot rahim. Secara umum dismenore bisa bersifat primer atau sekunder, tergantung faktor penyebabnya. (Bethsaida Janiwarty dan Herri Zan Pieter, 2013 )Dismenore adalah rasa nyeri yang timbul menjelang atau selama haid. Disebut Dismenore bila nyeri yang ditimbulkan membuat wanita tidak dapat beraktivitas dan harus beristirahat di tempat tidur (Aulia, 2012 : 171)
2.
Klasifikasi
Dismenore
Menurut
Proverawati (2009) berdasarkan jenisnya, dismenore terdiri dari:
a. Dismenore
Primer
Dismenore
primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan
ginekologik) karena proses kontraksi rahim tanpa penyakit dasar sebagai
penyebab yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan.
b. Dismenore
sekunder
Dismenore
sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik,
misalnya endometriosis (sebagian besar), fibrods, adenornyosis, denan ciri
khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi berikutnya
serta terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.
3.
Tanda
dan gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan rasa nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus-menerus ada (El-Manan, 2011).
Biasanya, rasa nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi. Dan rasa nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam, namun setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga bisa disertai sakit kepala, mual, sembelit, diare, serta sering buang air kecil, terkadang penderita dapat pula muntah (El-Manan, 2011).
Menurut Proverawati (2009) ciri-ciri dismenore primer antara lain:
Dismenore menyebabkan rasa nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus-menerus ada (El-Manan, 2011).
Biasanya, rasa nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi. Dan rasa nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam, namun setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga bisa disertai sakit kepala, mual, sembelit, diare, serta sering buang air kecil, terkadang penderita dapat pula muntah (El-Manan, 2011).
Menurut Proverawati (2009) ciri-ciri dismenore primer antara lain:
a. Terjadi
beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche).
b. Rasa
nyeri timbul sebelum menstruasi, atau diawal menstruasi. Berlangsung beberapa
jam, namun adakalanya beberapa hari.
c. Datangnya
nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya diperut bagian bawah, kadang
menyebar ke sekitarnya.
d. Ada
kalanya disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare.
4.
Penyebab
Dismenore
Menurut
Proverawati (2009) penyebab dari Dismenore berdasarkan jenisnya antara lain :
a.
Dismenore
primer
Penyebab dari dismenore primer
anatra lain disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Faktor
psikis
Para wanita yang emosinya
tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi
2) Faktor
endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi
diduga karena kontraksi rahim (uterus) yan berlebihan.
3) Faktor
prostaglandin
Teori ini menyatakan bahwa
nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding
rahim) saat menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan
antiprotaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi.
4) Faktor
lainnya
Yaitu faktor hormonal,
faktor alergi dan lan-lain.
b.
Dismenore
sekunder
Faktor
penyebab terjadinya dismenore sekunder antara lain adalah endometriosis dan
fibriods (myoma). Adapun beberapa faktor menurut proverawati (2009) yang
dianggap sebagai faktor resiko timbulnya rasa nyeri pada saat menstruasi yaitu:
1) Menstruasi
pertama (menarche) diusia dini kurang dari 12 tahun)
2) Wanita
yang pernah melahirkan anak hidup (nulipara)
3) Darah
menstruasi berjumlah banyak atau massa menstruasi yang panjang
4) Perokok
5) Adanya
riwayat nyeri menstruasi pada keluarga
6) Obesitas
atau kegemukan/ kelebihan berat badan.
5.
Akibat
Dismenore
Walaupun
pada umumnya tidak berbahaya, namun sering kali dapat megganggu penderita.
Derajat nyeri dan kadar gangguan tersebut tentu tidak sama untuk setiap wanita
yang mengalaminya. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil menahan sakit),
akan tetapi untuk yang dismenore berat dapat mengakibatkan wanita tidak mampu
beraktivitas karena terlalu sakit merasakan nyerinya (Proverawati, 2009).
6.
Pengobatan
terhadap Dismenore
Menurut
Janiwarty dan Pieter tahun 2013, untuk kasus Dismenore Primer, biasanya dokter
akan memberi obat tertentu, seperti pil penghilang rasa sakit. Namun,
penggunaan 0bat dalam jangka panjang sebaiknya dihindarkan. Beberapa tindakan
yang membantu untuk mengurangi rasa sakit ialah:
- Memperbaiki
pola makan dan banyak makan-makanan yang mengandung protein, kaya serat,
sayuran, kacang-kacangan.
- Konsumsi
ikan salmon atau sardine dan kurangi makan daging
- Kurangi
konsumsi garam
- Banyak
minum air putih dan minum jus buah
- Hindari
teh, kopi dan minuman beralkohol
- Konsumsi
suplemen vitamin B, E, magnesium dan kalsium
- Berolahraga
(jogging)
- Berhenti
merokok
- Jangan
banyak pikiran.
Menurut
El-Manan tahun 2011 untuk mengurangi
rasa nyeri, bisa diberikan obat anti peradangan nonsteroid, misalnya ibuprofen,
naproxen dan asam mefenamat. Obat-obatan tersebut sangat efektif bila mulai
diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan hal-hal
berikut:
a) Istarahat
yang cukup
b) Olah
raga yang teratur, terutama berjalan
c) Pemijatan
d) Yoga
e) Orgasme
pada aktivitas seksual
f) Perut
dikompres dengan air hangat
Jika
nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka penderita
diberi pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron, atau bisa
juga diberikan modroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan
untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan
prostaglandin, yang akhirnya akan mengurangi beratnya dismenorrhea.
Apabila
obat tersebut tidak efektif, maka perlu dilakukan pemeriksaan tambahan,
misalnya laparoskopi. Jika dismenore sangat berat, bisa pula dilakukan ablosio
endometrium, yaitu suatu prosedur yang menunjukan bahwa lapisan rahim dibakar
atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder
tergantung pada penyebabnya (El-Manan, 2011 :148)
D.
Pengetahuan
Manusia sebagai ciptaan tuhan yang sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil dari tahu manusia).Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, sedangkan ilmu (Sciense) bukan sekedar menjawab pertanyaan “Why” dan “How”. Pengetahuan hanya dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuk disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan ini dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai
objek kajian
2) Mempunyai
metode pendekatan
3) Bersifat
universal (mendapat pengakuan secara umum)
Menurut Notoatmodjo (2012), pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan tentang isi yang
ingin diukur dari subjek penelitian.
Kedalam pengetahuan dapat dikategorikan
kedalam tingkat sebagai berikut:
1)
Tahu (Know)
Tahu
diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat
ini merupakan tingkatan yang paling rendah.
2)
Memahami (Comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang materi
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi sacara benar.
3)
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi
ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi rill. Maksudnya mampu menggunakan
rumus-rumus metode dan prinsip dalam aplikasi.
4) Analisis
(Analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, tapi masih dalam suatu orgnisasi tersebut, dan masih ada
hubungan satu dengan yang lainnya.
5)
Sintesis (Syntesis)
Sintesis
menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi atau
objek.
a) Pengalaman
Pengalaman
artinya berdasarkan pemikiran kritis akan tetapi pengalaman belum tentu teratur
dan bertujuan. Mungkin pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun
sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan.
b) Pendidikan
Pendidikan
berhubungan dengan pengembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan
bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketarampilan, dan
aspek kelakuan yang lain. Pendidikan adalah proses belajar dan mengajar
pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
c) Informasi
Dengan
memberikan informasi tentng kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan sikap dan
perilaku kesehatan dalam diri individu / kelompok sasaran yang berdasarkan
kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan.
d) Sosial
budaya
Semua
orang hdup dalam kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang,
khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan orang lain di lingkungan
sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, bertalian dengan
orang lain, bahasa, kebiasaan, makan, pakaian, dan sebagainya dipelajari dari
lingkungan sosial budaya.
E.
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulasi atau objek. Menurut Allport (1954), bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu:
1) Kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3)
Kecenderungan untuk
bertindak (Tend to behave)
Menurut Notoatmodjo (2012).
Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatanantara lain:
a) Menerima
Menerima
diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang
diberikan (objek)
b) Merespon
Memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai
Mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu indikasi.
d) Bertanggung
jawab
Bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko adalah
merupakan sikap yang paling tinggi.
F.
Kerangka
Teori
Menurut Blum tahun 1974 perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau mesyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilakun ini sangat strategis.Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengn sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, presepsi, sikap dan praktek-praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya, pengelolaan makanan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).Teori Green menjelaskan bahwa perilaku di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
a) Faktor
Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor
ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang di anut masyarakat, tingjat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya.
b) Faktor
Pemungkin (Enabling factor)
Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
misalnya air bersih, tenpat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya.
c) Faktor
Penguat (reinforcing Factor)
Faktor ini melliputi faktor
sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun penerintah daerah,
yang terkait dengan kesehatan.
Sebagai bahan acuan dalam
penelitian ini, kerangak teori perilaku kesehatan yang digunakan adalah teori
Green yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan
2.1
Kerangka
teori
Sumber
:Teori Green Dalam Notoatmodjo, 2012
Terima kasih telah membaca artikel tentang KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM MENURUNKAN INTENSITAS DISMENORE PRIMER DI SMK PGRI 2 KOTA JAMBI TAHUN 2014 di blog CatatanSekolah jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.