Kata Share | Mas Sehat | Ston SEO Responsif Blogger Template

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM MENURUNKAN INTENSITAS DISMENORE PRIMER DI SMK PGRI 2 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Visi Indonesia sehat yang telah dirumuskan oleh Depkes (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia yang dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh Republik Indonesia. (Ambarwati, 2009)
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami (Djauzi, 2009).
Menurut BKKBN tahun 1996 Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dam kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan. (Marmi, 2013)
Remaja atau “adolenscence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” dapat diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan, yang memiliki arti yang sangat luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Adapun Word Health Organization (WHO) memberikan definisi secara konseptual. (Lumongga, 2013)
Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal terjadi pada wanita subur, namun jika disertai dengan berbagai keluhan berat dan periodik setiap menjelang menstruasi maka kondisi patologislah yang mungkin terjadi. Keluhan yang timbul dapat berupa depresi, perasaan putus asa, rasa cemas, tegang, perubahan mood secara tiba-tiba, mudah marah, sensitif, menurun ketertarikan pada aktifitas sehari-hari yang biasa dilakukan dan keluhan lainnya. (Saryono,2009)
Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin. Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometritis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). (Manuaba, 2009)
Menurut Hillard tahun 2006, Nyeri menstruasi terjadi karena pelepasan prostaglandin (PG) F2-α, yang merupakan suatu siklooksigensi (COX) yang dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokontriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemi dan juga terdapat PGE-2 yang turut serta menyebabkan nyeri pada saat menstruasi. Dimana peningkatan level PGF-2 alfa dan PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada saat menstruasi (Maryanti, 2009).
Gangguan menstruasi timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama atau kedua menstruasi. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau setelah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan sebagai mirip-kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya (Maryanti, 2009).
Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya di dapatkan 1,07 %-1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di SMK PGRI 02 Kota Jambi mengenai dismenore Primer terhadap 10 siswi. Di dapatkan hasil bahwa 5 orang yang tidak mengetahui tentang dismenore primer dan hanya 5 orang yang mengetahui, dua diantaranya mengatasi gangguan tersebut dengan minum obat dan tiga lainnya hanya memilih untuk istirahat/tidur untuk menurunkan intensitas dismenore primer. Keluhan yang mereka rasakan adalah nyeri pada perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare.
Berdasarkan uraian diatas, didapat bahwa dismenore merupakan salah satu problema dalam kehidupan remaja putri,  maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer di SMK PGRI 2 kota Jambi”.

B.    Rumusan masalah
Berdasarkan permasalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer di SMK PGRI 2 Kota Jambi.

C.    Tujuan penelitian
a.    Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.

b.    Tujuan khusus
  1. Mengetahui pengetahuan remaja dalam menurunkan intensitas dismenore primer
  2. Mengetahui sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.
  3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pada remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.
  4. Untuk mengetahui hubungan sikap pada remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Dinas Pendidikan Kota Jambi
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengambil kebijakan dalam perencanaan kesehatan reproduksi bagi remaja di institusi pendidikan.
2.    Dinas Kesehatan Kota Jambi
Diharapkan dapat digunakan untuk bahan masukan dalam membuat kebijakan perencanaan tentang program kesehatan reproduksi selanjutnya.
3.    Bagi SMK PGRI 02 Kota Jambi
Hasil penelitian dapat dijadikan informasi bagi remaja putri dalam mengatasi dismenore primer.
4.    Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan bacaan dan literature bagi pengembangan ilmu penentuan khususnya penelitian dibidang kesehatan dan diharapkan menjadi informasi bagi semua pihak yang membutuhkan guna menunjang keterampilan dan pengetahuan.
5.    Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berarti

E.     Ruang Lingkup
       Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crossectional yang mana untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer tahun 2014 karena masih kurangnya pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menurunkan intensitas dismenore primer. Adapun pengumpulan data dilakukan terhadap siswi SMK PGRI 02 Kota Jambi tahun 2014 yang dilaksanakan pada bulan Juni dengan rancangan survei yang dilakukan menggunakan kuesioner yang mana populasinya siswi kelas X dan XI yang mengalami Dismenore dengan jumlah 287 siswi. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, yaitu secara acak dengan jumlah sample sebanyak 72 siswi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Remaja
1.    Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Menurut WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (younth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. (Marmi, 2013)
Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak kemasa dewasa. Didalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan fisiologi), remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan. Hal ini berarti, secara anatomis, alat-alat kelamin maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh bentuknya yang sempurna. Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih selama dua tahun. Biasanya dihitung mulai haid yang pertama pada wanita dan mimpi basah yang pertama pada pria. (Dahro, 2012)
Secara etiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu menurut The Health Resources dan Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahu), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam termiologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. (Kusmiran, 2011)

1.    Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan  dan berlangsung secara bertahap. Menurut Depkes Poltekes Jakarta, perubahan yang terjadi pada remaja tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Perubahan fisik
1)    Percepatan berat badan  dan tinggi badan
Selama satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata 3,5-4,1 inci (Steinberg, 2007). Berat badan pada lelaki meningkat karena perubahan otot dan pada perempuan kerena penambahan lemak.
2)    Karakteristik seks sekunder
Perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada lelaki hormon androgen dan hormon estrogen. Karakteristik sekunder pada wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak, serta menarche. Sedangkan pada pria terjadi pertumbuhan penis skrotum, perubahan suara, kumis, jenggot dan meningkatnya kelenjar lemak yang menimbulkan jerawat.
3)    Perubahan bentuk tubuh
Pada lelaki terjadi perubahan bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun yang lebih menonjol. Sedangkan pada perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan yang lebih menonjol.
4)    Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya berkembang sempurna, sehingga pada masa ini kamampuan pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.

b.    Perkembangan kognitif
Tahap operasional formal (remaja dan dewasa)
Remaja awal
Remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Ramaja mulai menunjukan cara berfikir logis, seperti bartanya kewenangan di sekolah, menggunakan istilah dan pandangan sendiri, memilih olahraga yang baik, memilih kelompok bergaul, berpenampilan dan lain-lain.
Remaja tengah
Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan pengalaman dan pemikiran. Dan mulai berfikir mengembangkan identitas diri.
Remaja akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Proses berpikir secara komplek digunakan untuk memfokuskan dari masalah idealisme, toleransi, keputusan, untuk kerier dan pekerjaan serta peran orang dewasa dalam masyarakat.
 
c.    Perkembangan psikologis
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan berperilaku menurut mereka.
Transisi sosial yang dialami oleh ramaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.
2.    Menstruasi
1.    Pengertian menstruasi
Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi wanita matang ditandai dengan datangnya haid (menstruasi), yang ditunjukan dengan datangnya serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira 28 hari tiap bulannya hingga mencapai usia menopause. Masa menstruasi tidak akan terjadi pada saat hamil. Pada saat menstruasi, darah keluar akibat peluruhan dinding rahim (endometrium). Darah menstruasi akan mengalir dari rahim menuju keleher rahim yang kemudian keluar melalui vagina. (Bethsaida Janiwarty dan Herri Zan Pieter : 2013)
Menstruasi ialah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perlahan-lahan terkait jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus menstruasi.
Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari pertama siklus. Siklus normal haid antara 21-35 hari (Maryanti, 2009).

2.    Fase-fase menstruasi
Setiap saat menstruasi terdapat empat fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium dan uterus. Fase-fase menstruasi ialah:
a.    Fase Deskuamasi
Pada fase ini, endometrium lepas dari dinding uterus yang disertai perdarahan dan berlangsung selama 3-4 hari.
b.    Fase apscamenstruasi (Fase Regenerasi)
Pada fase ini sudah berlangsung penyembuhan luka akibat endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.
c.    Fase Instermentum (Fase Proliferasi)
Setelah luka sembuh, terjadi panebalan pada dinding endometrium ± 3,5 mm dan fase ini berlangsung hari 5-14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1)    Fase poliferasi dini, terjadi pada 4-7 hari yang dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan regenerasi epitel.
2)    Fase poliferasi madya, terjadi 8-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak tinggi.
3)    Fase poliferasi akhir, berlangsung antara hari 11-14. Fase ini dapat dikenali dari permikaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d.    Fase Premenstruasi (Fase Sekresi)
Fase ini berlangsung dari hari 14-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium mengandung glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu:
1) Fase sekresi dini, pada fae ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
2) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam nedometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok. Sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.

3.    Ciri-ciri perubahan fisik masa menstruasi
Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi ialah:
a)    Adanya perubahan berat badan
b)    Pembengkakan pada perut, jari, tungkai atau pergelangan kaki
c)  Ketidak nyamanan di payudara sebagai akibat pembesaran. Bila ditekan, akan terasa nyeri dan kaku
d)    Sakit kepala, bahkan sebagian wanita mengalami migren
e)    Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot
f)     Dismenore kongensif, yaitu sakit pada perut atau pinggang bagian bawah
g)    Perubahan nafsu makan dan berkurangnya air kencing
h)   Perubahan kulit, seperti bisul atau jerawat
i)     Perubahan tidur (kurang tidur atau tidur yang berlebihan)
j)      Merasa mual dan asma, namun hanya sebagian perempuan
k)    Kejang akibat dinding-dinding otot uterus.
3.    Dismenore
1.    Pengertian dismenore
Dismenore adalah rasa nyeri yang dirasakan di perut, yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. (El-manan, 2011)
Sakit menstruasi sering disebut dokter dengan dismenore. Ini menggambarkan rasa sakit yang alami di awal masa menstruasi. Pada dua hari pertama mungkin rasa sakitnya paling parah dan tidak selalu terasa setiap kali menstruasi. Sebagian perempuan ada yang mengalami rasa sakit yang hebat, sedangkan bagian lainnya cuma merasakan sakit yang tidak begitu kentara. Rasa sakit karena dismenore disebabkan kontraksi intens dari otot-otot rahim. Secara umum dismenore bisa bersifat primer atau sekunder, tergantung faktor penyebabnya. (Bethsaida Janiwarty dan Herri Zan Pieter, 2013 )
Dismenore adalah rasa nyeri yang timbul menjelang atau selama haid. Disebut Dismenore bila nyeri yang ditimbulkan membuat wanita tidak dapat beraktivitas dan harus beristirahat di tempat tidur (Aulia, 2012 : 171)

2.    Klasifikasi Dismenore
Menurut Proverawati (2009) berdasarkan jenisnya, dismenore terdiri dari:
a.    Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik) karena proses kontraksi rahim tanpa penyakit dasar sebagai penyebab yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan.
b.    Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya endometriosis (sebagian besar), fibrods, adenornyosis, denan ciri khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi berikutnya serta terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.
3.    Tanda dan gejala Dismenore 
Dismenore menyebabkan rasa nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus-menerus ada (El-Manan, 2011).
Biasanya, rasa nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi. Dan rasa nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam, namun setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga bisa disertai sakit kepala, mual, sembelit, diare, serta sering buang air kecil, terkadang penderita dapat pula muntah (El-Manan, 2011).

Menurut Proverawati (2009) ciri-ciri dismenore primer antara lain:
a. Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche).
b. Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau diawal menstruasi. Berlangsung beberapa jam, namun adakalanya beberapa hari.
c.   Datangnya nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya diperut bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya.
d.    Ada kalanya disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare.

4.    Penyebab Dismenore
Menurut Proverawati (2009) penyebab dari Dismenore berdasarkan jenisnya antara lain :
a.    Dismenore primer
Penyebab dari dismenore primer anatra lain disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1)    Faktor psikis
Para wanita yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi
2)    Faktor endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yan berlebihan.
3)    Faktor prostaglandin
Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim) saat menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan antiprotaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi.
4)    Faktor lainnya
Yaitu faktor hormonal, faktor alergi dan lan-lain.

b.    Dismenore sekunder
Faktor penyebab terjadinya dismenore sekunder antara lain adalah endometriosis dan fibriods (myoma). Adapun beberapa faktor menurut proverawati (2009) yang dianggap sebagai faktor resiko timbulnya rasa nyeri pada saat menstruasi yaitu:
1)    Menstruasi pertama (menarche) diusia dini kurang dari 12 tahun)
2)    Wanita yang pernah melahirkan anak hidup (nulipara)
3)    Darah menstruasi berjumlah banyak atau massa menstruasi yang panjang
4)    Perokok
5)    Adanya riwayat nyeri menstruasi  pada keluarga
6)    Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan.
5.    Akibat Dismenore
Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun sering kali dapat megganggu penderita. Derajat nyeri dan kadar gangguan tersebut tentu tidak sama untuk setiap wanita yang mengalaminya. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil menahan sakit), akan tetapi untuk yang dismenore berat dapat mengakibatkan wanita tidak mampu beraktivitas karena terlalu sakit merasakan nyerinya (Proverawati, 2009).

6.    Pengobatan terhadap Dismenore
Menurut Janiwarty dan Pieter tahun 2013, untuk kasus Dismenore Primer, biasanya dokter akan memberi obat tertentu, seperti pil penghilang rasa sakit. Namun, penggunaan 0bat dalam jangka panjang sebaiknya dihindarkan. Beberapa tindakan yang membantu untuk mengurangi rasa sakit ialah:
-       Memperbaiki pola makan dan banyak makan-makanan yang mengandung protein, kaya serat, sayuran, kacang-kacangan.
-       Konsumsi ikan salmon atau sardine dan kurangi makan daging
-       Kurangi konsumsi garam
-       Banyak minum air putih dan minum jus buah
-       Hindari teh, kopi dan minuman beralkohol
-       Konsumsi suplemen vitamin B, E, magnesium dan kalsium
-       Berolahraga (jogging)
-       Berhenti merokok
-       Jangan banyak pikiran.
Menurut El-Manan tahun 2011  untuk mengurangi rasa nyeri, bisa diberikan obat anti peradangan nonsteroid, misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat. Obat-obatan tersebut sangat efektif bila mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan hal-hal berikut:
a)    Istarahat yang cukup
b)    Olah raga yang teratur, terutama berjalan
c)    Pemijatan
d)    Yoga
e)    Orgasme pada aktivitas seksual
f)     Perut dikompres dengan air hangat
Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka penderita diberi pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron, atau bisa juga diberikan modroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang akhirnya akan mengurangi beratnya dismenorrhea.
Apabila obat tersebut tidak efektif, maka perlu dilakukan pemeriksaan tambahan, misalnya laparoskopi. Jika dismenore sangat berat, bisa pula dilakukan ablosio endometrium, yaitu suatu prosedur yang menunjukan bahwa lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung pada penyebabnya (El-Manan, 2011 :148)

D.   Pengetahuan
Manusia sebagai ciptaan tuhan yang sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil dari tahu manusia).
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, sedangkan ilmu (Sciense) bukan sekedar menjawab pertanyaan “Why” dan “How”. Pengetahuan hanya dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.
Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuk disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan ini dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1)    Mempunyai objek kajian
2)    Mempunyai metode pendekatan
3)    Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum)
Menurut Notoatmodjo (2012), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan tentang isi yang ingin diukur dari subjek penelitian.
Kedalam pengetahuan dapat dikategorikan kedalam tingkat sebagai berikut:
1)    Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat ini merupakan tingkatan yang paling rendah.
2)    Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang materi yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi sacara benar.
3)    Aplikasi (Aplication)
Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill. Maksudnya mampu menggunakan rumus-rumus metode dan prinsip dalam aplikasi.
4)    Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tapi masih dalam suatu orgnisasi tersebut, dan masih ada hubungan satu dengan yang lainnya.
5)    Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6)    Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi atau objek.
a)    Pengalaman
Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis akan tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan.
b)    Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan pengembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketarampilan, dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan adalah proses belajar dan mengajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
c)    Informasi
Dengan memberikan informasi tentng kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu / kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan.
d)    Sosial budaya
Semua orang hdup dalam kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan orang lain di lingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, bertalian dengan orang lain, bahasa, kebiasaan, makan, pakaian, dan sebagainya dipelajari dari lingkungan sosial budaya.
 
E.   Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulasi atau objek. Menurut Allport (1954), bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu:
1)    Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2)    Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3)    Kecenderungan untuk bertindak (Tend to behave)
Menurut Notoatmodjo (2012). Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatanantara lain:
a)    Menerima
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek)
b)    Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c)    Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu indikasi.
d)    Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

F.    Kerangka Teori
Menurut Blum tahun 1974 perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau mesyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilakun ini sangat strategis.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengn sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, presepsi, sikap dan praktek-praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya, pengelolaan makanan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Teori Green menjelaskan bahwa perilaku di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
a)    Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang di anut masyarakat, tingjat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b)    Faktor Pemungkin (Enabling factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tenpat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya.
c)    Faktor Penguat (reinforcing Factor)
Faktor ini melliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun penerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.
Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangak teori perilaku kesehatan yang digunakan adalah teori Green yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1
Kerangka teori
Sumber :Teori Green Dalam Notoatmodjo, 2012

Terima kasih telah membaca artikel tentang KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM MENURUNKAN INTENSITAS DISMENORE PRIMER DI SMK PGRI 2 KOTA JAMBI TAHUN 2014 di blog CatatanSekolah jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Kata Share | Mas Sehat | Ston SEO Responsif Blogger Template